Laprak Biper : Cupang


LAPORAN PRAKTIKUM

PERILAKU AGONISTIK IKAN CUPANG (Betta splendens)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah

BIOLOGI PERILAKU





Disusun Oleh :

Nama                                      : Yudi Suryadi
NIM                                        : 208 700 618
Kelompok                               : III (Tiga)
Tanggal Praktikum                : 24 September 2011
Tanggal Dikumpulkan                      \ : 28 September 2011



 JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Analisis perilaku memerlukan pengamatan yang tajam dan kesabaran yang tinggi. Pergerakan-pergerakan harus dijelaskan, dikategorikan dan dipetakan sebelum fungsi perilaku tersebut dipastikan. Apa yang mungkin terlihat sebagai pergerakan yang acak, tidak berhubungan, mungkin sebenarnya cocok pada suatu pola yang didesain untuk membantu reproduksi, nutrisi, atau beberapa fungsi hidup penting lainnya untuk sintas. Bagi etolog-etolog profesional, analisis suatu perilaku hewan bisa berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun, tetapi disini kita hanya melakukan sebagian kecil dari suatu perilaku kompleks yang diamati oleh para etolpog tersebut.
Perilaku agonistik adalah perilaku yang berhubungan dengan konflik, termasuk berkelahi (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing) (Lehner, 1996). Perilaku agonistik meliputi pula beragam ancaman atau perkelahian yang terjadi antar individu dalam suatu populasi (Campbell et al, 2003). Perilaku agonistik berkaitan erat dengan agresivitas, yaitu kecenderungan untuk melakukan serangan atau perkelahian (Scott, 1958). Bentuk-bentuk perilaku tersebut dapat berupa postur tubuh maupun gerakan yang diperlihatkan oleh individu pemenang maupun individu yang kalah dalam kontes perkelahian (Kikkawa & Thorne, 1974). http://nandito106.wordpress.com/2010/02/18/perilaku-agonistik-ikan-cupang-adu-betta-spendens/
Perilaku agonistik merupakan salah satu bentuk konflik yang menunjukkan perilaku atau postur tubuh atau penampilan yang khas (display) yang melibatkan mengancam (threat), perkelahian (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing) antarindividu dalam populasi atau antarpopulasi. Invidu yang aggressive dan mampu menguasai arena perkelahian (teritori) akan memunculkan individu yang kuat (dominan) dan lemah (submissive/ subordinat). PopulasiUntuk mengetahui perilaku agonistik ini digunakanlah ikan cupang adu sebagai hewan uji. Cupang adu (Betta splendens) merupakan jenis ikan laga; individu jantan dapat sangat agresiv terhadap jantan lainnya dalam sebuah arena bertarung. Dengan adanya akuarium sebagai media bertarung, maka diharapkan dapat dengan mudah diamati perilaku agonistik diantara ikan cupang jantan. http://nandito106.wordpress.com/2010/02/18/perilaku-agonistik-ikan-cupang-adu-betta-spendens/
Cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar yang habitat asalnya adalah beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar. Di Indonesia terdapat cupang asli,salah satunya adalah Betta channoides yang ditemukan di Pampang, Kalimantan Timur. http://id.wikipedia.org/wiki/Cupang
Ikan cupang adu (Betta spendens) merupakan anggota dari famili Anabantidae. Anabantidae merupakan satu-satunya famili yang mencakup seluruh ikan berlabirin.  Betta splendens memiliki tubuh yang lonjong dengan bagian depan sedikit membulat dan memipih pada bagian belakang. Mulutnya dapat disembulkan dengan lubang mulut terletak serong pada bagian depan kepala. Badan dan kepala bersisik kasar. Ikan betina berwarna kusam, tetapi ikan jantan mempunyai warna metalik yang mengkilat. Ikan cupang jantan maupun betina memiliki sisik gurat sisi berjumlah 29-33 keping (Djuhanda, 1981).
Taksonomi ikan cupang adu (Betta spendens) adalah sebagai berikut :
Filum               : Chordata
Subfilum         : Craniata
Superkelas       : Gnathostomata
Kelas               : Osteichthyes
Subkelas          : Actinopterygii
Superordo       : Teleostei
Ordo                : Percomorphoidei
Subordo          : Anabantoidei
Famili              : Antibantidae
Genus              : Betta
Spesies            : Betta splende

klasifikasi ikan cupang
Sirip dorsal terletak lebih ke belakang, memiliki jari-jari keras dan 8-9 jari-jari lunak. Sirip anal panjang dan lebar, dimulai dari belakang anus dan berakhir di belakang dekat pangkal sirip kaudal, memiliki 1-4 jari-jari keras dan 21-24 jari-jari lunak. Ujung sirip anal berbentuk lancip. Sirip perut berukuran kecil, terletak di bawah sirip dada, memiliki 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Satu dari jari-jari lunak berukuran lebih panjang dari yang lainnya. Sirip dada bentuknya membulat, memiliki 12-13 jari-jari lunak (Djuhanda, 1981). Gambar morfologi dari ikan cupang adu adalah sebagai berikut:
http://nandito106.files.wordpress.com/2010/02/cupang.jpg?w=300&h=223
Baik secara instinktif maupun perilaku terlatih, B. splendens memiliki karakteristik respons agresiv. Dalam suhu air kira-kira antara 24-29oC, ikan cupang secara normal merupakan ikan yang berperikau sangat aktif. Beberapa perilku agonistic cupang yang diketahui antara lain :
  • Approach (Ap) : mendekat, berenang cepat kemudian berhenti di dekat bayangannya / ikan lain
  • Bite : menggigit lawan
  • Chase (Ch) : mengejar lawan yang melarikan diri
  • Frontal threat (FT) : mengancam dari depan dengan membuka operculum, dagu direndahkan dan melebarkan sirip dada saat berhadapan dengan lawan
  • Side Threat (ST) : mengancam dari pinggir dengan membuka operculum, dagu direndahkan kea rah lawan dan semua sirip dikembangkan
  • Mouth to mouth contact (MC) : Kontak mulut ke mulut yaitu dua individu akan saling mendorong, menarik, dan mencengkram dengan mulut
  • Flight (Fl) : melarikan diri
  • Tail flagging (TF) : mengibaskan ekor
  • Circle (Cl) : bergerak memutar arah setelah mendekati lawan
  • Explore (Ex) : menjelajah area tanpa arah yang jelas
1.2  Tujuan
Untuk mengamati perilaku agonistik pada ikan cupang (Betta Spelendens)

1.3  Hipotesis
·         Ikan cupang yang adu maupun non adu masing-masing memiliki perilaku agonistik yang khas



BAB 2
ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat
1)      Akuarium
Akuarium yang digunakan berukuran ____. Akuarium ini digunakan sebagai tempat untuk mengamati perilaku agonistik ikan cupang (Betta Spelendens)
2)      Cermin
Cermin digunakan sebagai pembatas pada akuarium untuk memisahkan dua ekor cupang (Betta Spelendens).
3)      Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam pengamatan perilaku agonistik ikan cupang (Betta Spelendens)
4)      Jaring Ikan
Jaring ikan diguanakan untuk mengambil ikan dan atau memindahkan ikan cupang dari akuarium ke botol jam atau sebaliknya.
5)      Botol jam
Botol jam digunakan untuk menyimpan ikan cupang sementara
2.2   Bahan
1)      2 ekor Ikan Cupang (Betta Spelendens)
2 ekor ikan cupang yang digunakan adalah satu ikan cupang adu dan satu ikan cupang non adu.
2)      Air
Air yang digunakan dalam praktikum ini diambil dari air kran sumur. Air yang dipakai sebagai bahan pengamatan yaitu sebanyak ¾ dari volume akuarium.



BAB 3
METODELOGI

3.1 Pengamatan Morfologi
·         Amati masing-masing individu ♂ ikan cupang adu.
·         Kenali dan catat perbedaan fisik, antara lain warna tubuh, bentuk sirip (dada, punggung, perut, dubur, ekor) dan cirri khas lainnya (mulut, operculum, gurat sisi, bentuk tubuh) tiap individu ♂.
3.2 Persiapan dan Tagging
·         Aquarium yang telah berisi air ± ¾ bagian dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah cermin sekat pemisah sebagai kompartemen (a) dan kompartemen (b), dan tiap kompartemen diisi oleh seekor ikan  Betta Spelendens yang telah diidenttifikasi cirri-cirinya dan jika memungkinkan diberi penandaan pada bagian toraks terlebih dahulu. Beri penamaan untuk setiap individu (misalnya individu a, individu b,dst) berdasarkan cirri-ciri yang sudah dikenal. Ukur pula masig-masing luasan kedua kompartemen.
3.3 Pengamatan I
·         Pada salah satu kompartemen yang berisi cermin (misalnya kompartemen (a)) amati perilaku individu Betta Spelendens (a) dan catat semua perilku yang tampak saat individu ikan (a) tersebut melihat bayangannya sendiri di dalam cermin. Lakukan pegamatan I selama ± 10 menit. Setelah selesai, lakukan hal yang sama dengan individu ikan (b) yang berada dalam kompartemen (b) dengan cara membalikan cermin kearah kompartemen (b) selama 10 menit
3.4 Pengamatan II
·         Setelah pengamatan I selesai, angkat dinding pemisah/cermin dari aquarium. Saat cermin diangkat dan tidak ada lagi pembatas diantara kedua kompartemen (a) dan (b) catatlah waktunya sebagai waktu ke-0 (t=0). Lakukan pengamatan segera setelah waktu ke-0 tersebut terhadap perkelahian sebenarnya diantara kedua individu cupang selama 15 menit. Cata dan hitung semua perilaku yang  tampak (frekuensi kemunculan untuk tiap perilaku yang berbeda). Berdasarkan hasil pengamatan dan pencatatan sementara, dapatkah anda menemukan individu yang memenangkan pertarungan (dominan) dan individu yang kalah (submissive/subordinat).
3.5 Pengamatan III
·         Angkat individu cupang (a) dan (b) dari aquarium, kemudian masing-masing ikan disimpan dalam botol kaca kecil untuk diistirahatkan. Ulangi pengamatan I (percobaan pada cermi) pada individu ikan cupang lainnya, individu (c) dan (d), ds masing-masing selama 10 menit
3.6 Pengamata IV
·         Ulangi pengamatan II (percobaan perilaku agonistic) pada individu cupang lainnya yaitu individu ikan (c) dan ikan (d). berdasarkan hasil pengamatan dan pencatatan semenara, dapatkah anda menemukan individu yang memenagkan pertarungan (dominan) dan individu yang kalah (submissive/subordiat(
3.7 Pengamatan V
·         Angkat kembali individu cupang (c) dan (d) dari aquarium, kemudian masing-masing ikan disimpan dalam botol kaca kecil untuk diistirahatkan selama 15 menit. Setelah itu dilakukan pengamatan perilaku antagonistic antara dua ikan cupang dominan hasil pengamatan pertarungan I da II selama 15 menit. Dapatkah anda menentukan diantara kedua ikan supang tersebut indiviu yang palng domunan yang mampu mendominasu individu lainnya?
3.8 Pengamatan VI
·         Angkat kembali kedua individu cupang pada pengamatan V dari aquarium kemudian masing-masing ikan disimpan dalm botol kaca kevil untuk diistirahatkan kembali. Setelah itu dilakukan pengamatan agonistic antara dua ikan cupang submissive/subordinat hasil pengamatan pertarungan I dan II selama 15 menit.



BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Morfologi Ikan Cupang (Betta Spelendens)
Tabel : Hasil perbandingan Morfologi Ikan Cupang berdasarkan Literatur dan pengamatan
Gambar Literatur
Gambar Pengamatan




























Pada hasil pengamatan morfologi Ikan Cupang (Betta Spelendens), maka dapat dilihat bahwa ikan cupang B (non adu) lebih besar ukurannya dibandingkan dengan ikan cupang A (Adu). Jika dibandingkan antara Ikan Cupang Adu dan non adu, warna yang lebih mencolok dapat dilihat pada ikan cupang B (non adu), dimana ikan ini memiliki warna biru yang mencolok, sedangkan ikan Cupang A(Adu) memiliki warna hitam bercorak hijau. Berdasarkan literature, perbedaan antara ikan cupang jantan dengan ikan cupang betina adalah terletak pada keanekaragaman warna sirip.
4.2 Pengamatan Mirror image stimulation
S Prlk 1
S Prlk 2
S Prlk 3
S Prlk 4
S Prlk 5
S Prlk 6
S Prlk 7
S Prlk 8
S Prlk 9
S Prlk 10
3
0
0
24
13
8
0
16
7
2
24
0
0
42
20
14
0
32
8
8
0
0
37
32
14
0
15
122
0
6
5
1
1
39
18
32
1
19
3
0
4
0
0
44
1
33
0
5
8
5
5
0
0
35
0
32
0
28
8
7
26
0
0
5
1
0
0
65
16
21
68
0
0
67
68
0
0
115
1
1
0
0
23
29
4
1
20
8
6
24
34
0
0
11
12
14
36
10
13
11
17
0
0
10
16
4
5
7
4
17
1
0
0
17
48
0
1
23
0
0

Keterangan :
Perilaku 1 = Approach (AP)
Perilaku 6 = Mouth to Mouth contact (MC)
Perilaku 2 = Bite (BT)
Perilaku 7 = Flight (FI)
Perilaku 3 = Cheast (CH)
Perilaku 8 = Tail Flagging (TF)
Perilaku 4 = Frontal Threat (FT)
Perilaku 9 = Circle (Cl)
Perilaku 5 = Side Threat (ST)
Perilaku 10 = Explore (Ex)


Pada pengamatan Mirror image stimulation terlihat bahwa ikan cupang adu (A) lebih agresif dibanding cupang non adu (B). hal ini terlihat dari perilaku yang ditunjukkan oleh cupang adu (A) yaitu lebih banyak membuka overculum dengan berbagai perilaku agresif saat melihat cermin seperti frontal threat, side threat, tail flagging. Sedangkan cupang non adu (B) lebih sedikit menunjukkan perilaku agresif dibanding cupang adu (A) walaupun cupang non adu (B) juga sering membuka overculum dan melakukan perilaku agresif saat melihat cermin seperti frontal threat, side threat, tail flagging namunintensitasnya lebih sedikit jika dibanding dengan cupang adu (A).
4.3 Pengamatan Perilaku Sesungguhnya
Adu vs Non adu
Pada praktikum penelitian perilaku agonistik ini kami menggunakan ikan cupang Betta splendens yaitu cupang adu dan non adu. Ikan cupang adu dijadikan sebagai “ikan aduan” karena sifatnya yang gemar berkelahi apabila diletakkan dalam satu wadah yang sama. Ikan cupang merupakan jenis ikan hias yang mempunyai naluri berkelahi yang tinggi. Ikan cupang adu lebih agresif daripada ikan cupang non adu. Hal ini dikarenakan ikan cupang adu adalah ikan cupang jantan dimana ikan cupang jantan lebih sering berkelahi dengan sesama jenisnya. Bagian tubuh yang biasanya diincar ikan cupang jantan adalah bagian sirip. Karakter tersebut muncul karena ikan cupang merupakan salah satu jenis spesies yang mempertahankan daerah kekuasaannya sampai mati.
         Ikan cupang ynag kami teliti ada 2 yaitu ikan ikan A (Cupang adu) dan ikan B ( non adu). Dari kedua ikan ini yang paling agresif yaitu ikan cupang A (Cupang adu). Dalam penelitian kami, kami banyak meneliti berbagai aspek perilaku dan perubahan morfologi tubuhnya juga dari cupang tersebut. Sirip yang paling berperan untuk berenang adalah sirip pectoral. Cupang mengalami pembesaran overculum dalam setiap menitnya, ikan cupang A yang sering melakukan pembesaran overculum.
Pada saat kami membuka sekat pembatas akuarium (dimana dalam akuarium tersebut terdapat cupang adu (A) disebelah kanan dan non adu (B) disebelah kiri), disinilah terjadi perilaku agresif yang diperlihatkan oleh ikan cupang tersebut baik cupang adu (A) maupun non adu (B).  Ketika melakukan pertarungan, ikan cupang adu menghampiri lawan tandingnya. Kemudian ikan cupang adu mempertontonkan sirip pada musuhnya. Sirip yang semula terlihat lemas dalam hitungan detik akan mengembang. Tidak hanya sirip yang dipertontonkan, tetapi sirip cadangan lain yaitu membrana branchiostegi dan tutup insang pada lengkungan leher juga ikut mengembang.
            Ikan yang lebih agresif adalah ikan cupang adu (A) dan dia menggigit ikan non adu (B) sehingga mengalami kerusakan (sobek) pada bagian sirip dorsal dan sirip ekor ikan B. Walaupun ikan cupang non adu juga memberikan perlawanan yang kuat, namun dominansi perilaku agresif lebih ditunjukkan oleh ikan cupang adu (A). dengan pertandingan selama 6 menit tersebut dari pengamatan kami terlihat belum ada cupang yang menyerah (kabur/ mati) dalam pertarungan tersebut, namun karna waktu sudah habis maka pertarungan dihentikan dan kami memutuskan pemenangnya adalah cupang adu (A) karena lebih banyak menyerang (menggigit) daripada cupang non adu (B).
Perkelahian antara yang Menang Vs Menang
PERILAKU
INDIVIDU
KLOMPK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
1
4
0
0
5
0
0
0
7
5
2
2
5
23
0
20
12
15
2
9
4
2
3
1
0
0
1
0
0
4
6
2
8
B
1
0
0
0
1
3
0
3
3
1
0
2
7
11
0
8
12
15
7
2
13
5
3
15
0
17
3
10
0
0
22
11
8

Perkelahian antara yang Kalah vs Kalah  
indvdu
kelmpk
prilaku
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
a
1
4
0
1
9
5
1
0
5
2
0
2
11
0
13
2
7
0
0
0
3
5
3
0
0
2
5
1
0
0
0
6
9
b
1
6
0
9
1
0
0
20
39
6
3
2
1
0
0
2
0
0
12
2
10
5
3
5
0
0
0
0
0
21
5
5
8

Kompilasi Data
INDIVIDU
KLOMPK
prilaku
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
1
4
0
0
5
0
0
0
7
5
2
2
5
23
0
20
12
15
2
9
4
2
3
1
0
0
1
0
0
4
6
2
8
B
1
0
0
0
1
3
0
3
3
1
0
2
7
11
0
8
12
15
7
2
13
5
3
15
0
17
3
10
0
0
22
11
8
C
1
4
0
1
9
5
1
0
5
2
0
2
11
0
13
2
7
0
0
0
3
5
3
0
0
2
5
1
0
0
0
6
9
D
1
6
0
9
1
0
0
20
39
6
3
2
1
0
0
2
0
0
12
2
10
5
3
5
0
0
0
0
0
21
5
5
8

Dari data hasil pertarungan antara menang vs menang, kalah vs kalah, dan kedua data itu digabung menjadi kompilasi data, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa cupang D merupakan cupang non adu, hal ini dapat dilihat dari perilaku melarikan dirinya yang tinggi saat pertarungan terjadi. Sedangkan cupang A merupakan cupang yang paling tangguh karena ia menunjukkan perilaku menyerang (Bt, FT) yang paling tinggi diantara yang lain.
Perilaku agonistik adalah perilaku yang berhubungan dengan agresivitas dan konflik, termasuk berkelahi, melarikan diri, diam, dan beragam ancaman yang terjadi antar individu dalam suatu populasi (Campbell et al., 2003 dan Lehner, 1996). Terdapat sepuluh perilaku agonistik yang dapat dideskripsikan, yaitu menjelajah (explore), mendekati (approach), bergerak memutar (circle), mengancam dari samping (side threat), mengancam dari depan (frontal threat), mengibaskan ekor (tail flagging), mengejar (chase), kontak mulut (mouth-to mouth contact), menggigit (bite), dan melarikan diri (flight).









BAB 5
KESIMPULAN
Dari data hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa ikan cupang hias (non adu) maupun cupang adu memiliki perbedaan latensi, frekuensi, durasi, dan jarak antar ikan saat perilaku agonistik terjadi, bergantung pada tipe perilaku, tipe percobaan, dan lawan yang dihadapi.




DAFTAR REFERENSI



Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, dengan PILIH DULU SALAH SATU OPSI DARI "SELECT PROFIL" atau "BERI KOMENTAR SEBAGAI:" :)