BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebun Binatang
Ragunan adalah sebuah kebun
binatang yang terletak di
daerah Ragunan, Pasar
Minggu, Jakarta
Selatan, Indonesia. Kebun binatang seluas 140 hektar ini didirikan pada tahun 1864. Di dalamnya, terdapat berbagai koleksi yang
terdiri dari 295 spesies dan 4040 spesimen.
Pusat Primata
Schmutzer di Kebun Binatang Ragunan adalah tempat pelestarian primata dalam kebun binatang ragunan. Primata adalah mamalia yang menjadi
anggota ordo biologi Primates.
Di dalam ordo ini termasuk lemur, tarsius, monyet, kera, dan juga manusia. Kata ini berasal dari kata bahasa
Latin primates yang berarti "yang
pertama, terbaik, mulia".
Colin
Groves mencatat sekitar
350 spesies primata dalam Primate Taxonomy.
Owa jawa (Hylobates moloch) adalah sejenis primata anggota suku Hylobatidae. Dengan populasi tersisa antara
1.000 – 2.000 ekor saja, kera ini adalah spesies owa yang paling langka di
dunia. Owa jawa menyebar terbatas (endemik) di Jawa bagian barat. Pada penelitian kali ini kami mengamati perilaku hidup Owa
Jawa di Pusat Primata Schutzer.
1.1
Rumusan Masalah
1. Apa yang kalian ketahui tentang Owa Jawa (Hylobates
moloch) ?
2. Apa ciri-ciri Owa Jawa (Hylobates moloch)?
3. Perilaku apa sajakah yang ditunjukan Owa Jawa
(Hylobates moloch) pada Pusat
Primata Schmutzer di Kebun Binatang Ragunan?
5. Bagaimana kelayakan kandang dan hidup Owa
jawa pada Pusat Primata Schmutzer
di Kebun Binatang Ragunan deengan di alam bebas?
1.2
Tujuan
Mengamati Perilaku Owa Jawa (Hylobates
moloch) pada Pusat Primata
Schmutzer di Kebun Binatang Ragunan
1.3
Hipotesis
Perilaku Owa Jawa (Hylobates moloch)
tidak terlalu aktif bila berada dalam kandang yang tidak sesuai.
BAB II
KEADAAN UMUM
Pusat Primata Schmutzer adalah tempat bagi pengunjung untuk melihat
berbagai jenis primata yang ada di dalam dan luar negeri. Pusat Primata ini
diresmikan pada tanggal 20 Agustus 2002 oleh Gubernur DKI Jakarta. Pusat
Primata Schmutzer berdiri atas prakarsa dan donasi dari ibu Puck Schmutzer.
Pusat Primata Schmutzer di Kebun Binatang Ragunan adalah tempat kelestarian primata dalam kebun binatang ragunan. Walaupun berada dalam kebun
binatang ragunan, pengelolaannya tidak diserahkan pada kebun binatang ragunan,
melainkan oleh swasta yang dananya pendiriannya berasal dari The Gibbon
Foundation.
Sebagai perbandingan, orang utan yang berada dalam pengelolaan
Schmutzer terawat dengan baik, beberapa kandang ditutup oleh kaca dan memiliki
pengatur suhu. Sedangkan orang utan yang berada dalam pengelolaan kebun
binatang ragunan kandangnya tidak terlindungi dari lemparan makanan para
pengunjung, bahkan pengunjung melempar rokok, dan orang utan di dalam kandang
sudah belajar dan menjadi perokok.
Pusat Primata Schmutzer didirikan sebagai sarana pendidikan dan
hiburan bagi pengunjungnya. Seperti juga Kebun Binatang San Diego, kehidupan primata di Schmutzer di rancang seperti kehidupan alam
bebas binatangnya (tanpa kandang), contohnya kandang Gorila dan orang
utan. Kandang seperti ini disebut enklosur.
Tempat untuk pengunjung disediakan minimum, seperti jalan setapak,
arena bermain dan belajar atau masuk gua, dan tempat tinggal binatang
diusahakan maksimum (dalam luas). Pusat Primata Schmutzer juga memiliki musium,
perpusatakaan dan teater bioskop kecil tentang primata di Indonesia dan dunia. Karena
pengunjung tidak diperbolehkan membawa makanan masuk, lingkungan Schmutzer
sangat bersih. Pemeriksaan akan hal ini ketat, tepat penitipan barangnya aman
dan rapi. Pengunjung diperiksa sebelum masuk, bahkan permen pun akan disita di
tempat penitipan barang. Air minum disediakan gratis di dalam taman dengan
adanya pancuran air minum di setiap titik titik tertentu di kebun binatang.
Selain binatang yang terawat, semua tumbuhan di Schmutzer diberi papan nama
berdasarkan nama latinnya untuk keterangan pengunjung.
Pusat Primata ini masih dalam pengembangan dan beberapa bagian
masih dalam penyelesaian.Contohnya pengembangan enklosur gorila 2 untuk gorila
jantan tanpa pasangan. Pada tahun 2006 pusat primata ini sudah diserahkan
sepenuhnya pada kebun binatang ragunan Jakarta. Terletak di dalam kompleks
kebun binatang Ragunan, Pusat Primata Schmutzer yang diresmikan pada tanggal 20
Agustus 2002 ini memiliki koleksi sekitar 25 spesies dari 5 famili dari ordo
primata.
Berkunjung ke Pusat Primata Schmutzer ini begitu mudah. Berbagai
sarana transportasi umum bisa menjangkau lokasi ini. Tinggal naik kopaja,
metromini, mikrolet, atau busway berjurusan Ragunan. Lokasi Pusat Primata
Schmutzer berada di dalam kompleks kebun binatang Ragunan. Pusat Primata
Schmutzer dulunya dikelola oleh The Gibbon Foundation, pimpinan Dr. Willie
Smits, namun kini pengelolanya adalah Pemda DKI.
Gambar 1. Lukisan
Nyonya Schmutzer
Masuk
ke kawasan ini, pengunjung ditarik ongkos 5 ribu rupiah untuk dewasa, ini di
luar ongkos masuk kebun binatang Ragunan yang ongkosnya 4.500 rupiah (tiket
plus asuransi). Keamanannya pun ketat, pengunjung tidak diperbolehkan membawa
makanan dan minuman apapun, bahkan permen pun tidak boleh. Semua barang bawaan
pengunjung yang berupa makanan harus dititipkan.
Begitu
masuk halaman, kita akan disambut gerbang besar bertulis Pusat Primata
Schmutzer. kemudian adaa sebuah jembatan layang yang disebut Gorilla Walk.
Dinamakan demikian karena kita akan menyusuri suatu jembatan khusus yang berada
di atas enklosur (kandang yang dibuat mirip dengan habitat asli binatang)
Gorila, sehingga kita bisa melihat aktivitas Gorila dari atas.
Gambar 2. Gorilla Walk
Di
beberapa sudut Gorilla Walk terdapat tulisan kepanjangan dari akronim GORILA,
yang berisi trivia tentang Gorila, yaitu:
·
Gorilla
di Pusat Primata Schmutzer adalah jenis Gorila dataran rendah barat
·
Orang
sering menyebutnya King Kong
·
Rambut
di punggungnya berwarna keperakan (silver black) dan dimiliki oleh jantan
dewasa
·
Ia
adalah salah satu kera terbesar di dunia
·
Larangan
untuk tidak memburunya sering diabaikan
·
Ancaman
terhadap Gorila di alam antara lain hilangnya habitat, perburuan ilegal untuk
dikonsumsi dagingnya, dan penyakit seperti Ebola
Gambar 3. Gorilla
(Gorilla gorilla gorilla)
Gorila yang ada di Schmutzer ini merupakan jenis Gorila yang hidup
di hutan dataran rendah di Afrika. Beratnya bisa mencapai 200 kg lebih dan
hidup berkelompok. Yang jantan memiliki rambut keperakan di bagian punggung dan
suka menepuk dada untuk menunjukkan kekuatan.
Ordo primata terdiri atas 5 familia, yaitu Prosimian, Macaques
(macaca/kera), Leaf Monkeys (monyet daun), Gibbon, dan Ape. Manusia sebenernya
termasuk dalam orde primate. Prosimian adalah primata primitif. Di Indonesia
terdapat Kukang dan Tarsius yang termasuk dalam familia ini. Kukang terkenal
akan gerakannya yang lambat namun mempunyai cengkraman kuat, sedangkan Tarsius
merupakan hewan mungil yang sangat tangkas. Kedua prosimian ini adalah makhluk
nokturnal (aktif di malam hari).
Macaques memiliki ciri memiliki kantung pipi untuk menyimpan
makanan. Kera-kera ini banyak tersebar di Indonesia, salah satunya adalah Macaca
fascicularis (Monyet Ekor Panjang) yang sering dipakai untuk atraksi
topeng monyet.
Gambar 4. Monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis)
Leaf monkeys, seperti namanya biasanya hidup di atas pohon dan
memakan daun-daunan. Di Indonesia, primata jenis ini sering disebut dengan
Lutung. Primata jenis ini berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan
meloncat menggunakan tungkai kaki belakang. Gibbon beda lagi. Ciri khasnya
adalah tangannya yang panjang karena digunakan untuk bergelantungan. Yang
termasuk jenis ini adalah Siamang dan Owa. Ape adalah jenis primata yang tidak
berekor. Orangutan dan Wau-wau termasuk ke dalam jenis ini.
FASILITAS
Terdapat
fasilitas yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk mengenal lebih jauh mengenai
primata.
1.
TEROWONGAN ORANGUTAN
Di terowongan ini anda dapat
merasakan menjadi orangutan yang berada di dalam area yang sempit dan gelap.
Sedangkan anda dapat melihat orangutan dapat hidup bebas diluarnya. Jika anda
beruntung anda juga dapat melihat orangutan bersarang di pepohonan dan
bertingkahlaku seperti di habitat aslinya dari kaca yang terdapat di dalam
terowongan.
Di dalam terowongan ini anda akan selalu
dipantau oleh kamera CCTV. Jika anda akan memasuki terowongan ini diharapkan
tidak melakukan hal-hal yang mencurigakan. Tidak dianjurkan untut pengunjung
yang takut gelap dan penderita jantung.
2.
PUSAT PENDIDIKAN PRIMATA, terdiri dari
a.
Museum
Di dalam museum, anda dapat melihat berbagai
informasi mengenai primata, seperti klasifikasi dan pengelompokan primata,
perilaku, habitat dan lain sebagainya.
b.
Teater
Pengunjung dapat menyaksikan berbagai film
dokumenter yang bercerita tentang primata, konservasi serta lingkungan. Teater
Pusat Primata dibuka untuk umum pada hari Sabtu, Minggu dan Libur Nasional pada
pukul 10.00WIB, 13.00WIB, dan 15.00WIB. Teater yang tidak dipungut biaya ini
mempunyai kapasitas 83 kursi. Rombongan yang ingin menyaksikan film di Pusat
Primata hanya dapat difasilitasi pada hari kerja dengan perjanjian sebelumnya.
c.
Perpustakaan
Di dalam Pusat Pendidikan Primata
terdapat perpustakaan yang berisi buku-buku referensi tentang primata,
konservasi dan lingkungan, serta buku-buku bacaan untuk anak-anak. Terdapat
lebih dari 50 judul buku teks mengenai primata dan lingkungan, serta lebih dari
30 laporan penelitian yang berasal dari mahasiswa yang melakukan penelitian di
Pusat Primata. Pengunjung dapat membaca buku-buku tersebut di area yang telah
ditentukan. Selain fasilitas pendidikan, terdapat beberapa fasilitas pendukung
yang terdapat di Pusat Primata Schmutzer yaitu toilet, tempat penitipan barang,
dan tempat istirahat.
BAB 3
METODOLOGI
1. Pengamatan morfologi Hylobates
moloch
a) Lihat seekor
Hylobates moloch dan amatilah
morfologinya dan catatlah bagian tubuh ventral.
2. Pengamatan perilaku Hylobates
moloch
a)
Perhatikan
spesies owa jawa yang ada di kandang.
b)
Lihat perilaku
yang muncul selama satu jam dengan interval waktu 5 menit.
c)
Catat dan hitung
perubahan paerilaku yang muncul dari owa jawa tesebut.
ALAT
DAN BAHAN
Alat
|
Bahan
|
Teropong
Buku
tulis
Pena
Camera
digital
|
Owa
jawa (Hylobates moloch)
|
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktik
kuliah lapangan kali ini, kami melakukan pengamatan perilaku owa jawa, dimana
kami melakukan pengamatan selama 60 menit yang dibagi menjadi 12 sesi
pencatatan dimana satu sesi pencatatan memiliki durasi 5 menit. Adapun objek
pengamatan terdiri dari 2 indivdu owa jawa. Dua objek pengamatan tersebut kami
namai dengan Individu 1 dan Individu 2. Berikut data hasil pengamatan kami pada
“Individu I” dan data statistiknya (disajikan dalam tabel I dan II), dan data
hasil pengamatan kami pada “Individu II” dan data statistiknya (disajikan dalam
tabel III dan IV).
Tabel
1. Pengamatan Individu I
Pengamatan
|
Perilaku
Individu I
|
||||||
Sleeping
|
Resting
|
Swinging
|
Jumping
|
Foraging
|
Grooming
|
Climbing
|
|
1
|
1
|
1
|
3
|
0
|
0
|
1
|
0
|
2
|
1
|
2
|
1
|
0
|
0
|
2
|
0
|
3
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
7
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
8
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
9
|
0
|
0
|
2
|
1
|
2
|
0
|
0
|
10
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
11
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
12
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Berdasarkan hasil pengamatan Individu I yang
dituangkan dalam bentuk tabel diatas, dapat diketahui bahwa perilaku yang
mendominasi pada Individu I dalam jangka waktu pengamatan ialah perilaku
bergelantungan (swinging). dan perilaku yang paling sedikit muncul ialah
perilaku melompat (jumping). Hal ini mungkin karena di habitat aslinya, owa
jawa merupakan jenis hewan yang hidup diatas pohon, dan untuk berpindah ke
pohon lain maka owa jawa harus bergelantungan, oleh karena itu owa jawa terbiasa
untuk bergelantungan (swinging) dari satu pohon ke pohon lain. hal itulah yang
kami duga sebagai faktor yang menyebabkan perilaku bergelantungan (swinging)
menjadi perilaku dominan yang muncul selama durasi pengamatan.
Dan perilaku melompat (jumping) merupakan perilaku
yang paling sedikit muncul dalam pengamatan Individu I tersebut, hal ini
mungkin disebabkan karena owa jawa merupakan hewan yang mengandalkan kekuatan
tangan dan tidak mengandalkan kekuatan kaki, dan perilaku melompat (jumping)
merupakan perilaku yang mengandalkan kekuatan kaki. Faktor itulah yang kami
duga sebagai hal yang menyebabkan perilaku melompat (jumping) jarang sekali
muncul dalam pengamatan kami. Berikut adalah data hasil pengamatan yang kami
masukkan dalam uji statistik yaitu uji One-Way ANOVA untuk Individu I untuk
melihat apakah perilaku yang muncul itu berbeda nyata atau tidak (disajikan
dalam tabel 2).
Tabel
2. data
hasil uji statistik ANOVA Individu I
ANOVA
|
|||||
FREKUENSI
|
|||||
Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
Between Groups
|
9.238
|
6
|
1.540
|
4.742
|
.000
|
Within Groups
|
25.000
|
77
|
.325
|
||
Total
|
34.238
|
83
|
Berdasarkan hasil uji statistik
ANOVA untuk Individu I, diketahui bahwa perilaku-peerilaku yang muncul pada
pengamatan kami tidak berbeda nyata. hal ini terlihat dari nilai
signifikansinya yang 0,000.
Kami juga melakukan pengamatan pada
Individu II. Untuk hasil pengamatan Individu II, kami juga menuangkannya dalam
bentuk tabel (disajikan dalam tabel 3 dan tabel 4).
Tabel 3. Pengamatan
Individu II
Pengamatan
|
Perilaku
Individu II
|
||||||
Sleeping
|
Resting
|
Swinging
|
Jumping
|
Foraging
|
Grooming
|
Climbing
|
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
2
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
3
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
5
|
2
|
0
|
2
|
0
|
0
|
1
|
0
|
6
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
2
|
1
|
7
|
0
|
3
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
8
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
9
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
10
|
0
|
2
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
11
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
12
|
1
|
3
|
2
|
0
|
0
|
1
|
0
|
Berdasarkan hasil pengamatan Individu II yang
dituangkan dalam bentuk tabel diatas, dapat diketahui bahwa perilaku yang
mendominasi pada Individu II dalam jangka waktu pengamatan ialah perilaku
bergelantungan (swinging), sama dengan Individu I. Dan perilaku yang paling
sedikit muncul ialah perilaku melompat (jumping). Seperti halnya dengan dugaan
kami sebelumnya, yaitu owa jawa merupakan jenis hewan yang hidup diatas pohon,
dan untuk berpindah ke pohon lain maka owa jawa harus bergelantungan, oleh
karena itu owa jawa terbiasa untuk bergelantungan (swinging) dari satu pohon ke
pohon lain. hal itulah yang kami duga sebagai faktor yang menyebabkan perilaku
bergelantungan (swinging) menjadi perilaku dominan yang muncul selama durasi
pengamatan.
Dan perilaku melompat (jumping) merupakan perilaku
yang paling sedikit muncul (bahkan tidak muncul pada pengamatan Individu II)
dalam pengamatan Individu II tersebut, hal ini mungkin disebabkan karena owa
jawa merupakan hewan yang mengandalkan kekuatan tangan dan tidak mengandalkan
kekuatan kaki, dan perilaku melompat (jumping) merupakan perilaku yang
mengandalkan kekuatan kaki. Faktor itulah yang kami duga sebagai hal yang
menyebabkan perilaku melompat (jumping) jarang sekali muncul dalam pengamatan
kami.
Perilaku dominan kedua yang muncul dalam pebngamatan
kami (Individu I dan II) ialah perilaku diam istirahat (resting), dimana ketika
itu owa jawa hanya diam di atas pohon. Berikut adalah data hasil pengamatan
yang kami masukkan dalam uji statistik yaitu uji One-Way ANOVA untuk Individu
II untuk melihat apakah perilaku yang muncul itu berbeda nyata atau tidak
(disajikan dalam tabel 4).
Tabel
4. data
hasil uji statistik ANOVA Individu II
ANOVA
|
|||||
FREKUENSI
|
|||||
Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
Between Groups
|
10.810
|
6
|
1.802
|
4.070
|
.001
|
Within Groups
|
34.083
|
77
|
.443
|
||
Total
|
44.893
|
83
|
Berdasarkan hasil uji statistik ANOVA untuk Individu
II, diketahui bahwa perilaku-peerilaku yang muncul pada pengamatan kami tidak
berbeda nyata. hal ini terlihat dari nilai signifikansinya yang 0,001. Kami
juga melakukan perbandingan data individu I dan II yang kami tuangkan dalam
sebuah grafik (lihat gambar 5).
Gambar
5. Perbandingan
Jumlah perilaku Individu I dan Individu II
Dari grafik diatas, diketahui bahwa
Individu II menunjukkan perilaku yang lebih aktif daripada Individu I jika
dilihat dari frekuensi perilakunya. Individu II melakukan 6 perilaku selama
waktu pengamatan yaitu tidur (sleeping), diam istirahat (resting),
bergelantungan (swinging), makan (foraging), bersih-bersih badan (grooming),
dan memanjat (climbing). Dan Individu I juga menunjukkan 6 perilaku selama
waktu pengamatan yaitu tidur (sleeping), diam istirahat (resting),
bergelantungan (swinging), meloncat (jumping), makan (foraging), dan
bersih-bersih badan (grooming). Walaupun kedua Individu pengamatan sama-sama
menunjukkan 6 perilaku selama pengamatan, namun kami menlai Individu II lebih
aktif dari Individu satu karena frekuensi perilaku yang ditunjukannya lebih
banyak dari Individu I dalam perilaku sleeping, resting, swinging, dan
grooming.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami tarik dari hasil
pengamatan owa jawa di pusat primata smutzhser
ini adalah:
·
Perilaku dominan yang muncul bagi owa jawa dan merupakan
perilaku yang paling disukai owa jawa adalah perilaku bergelantungan
(swinging). hal ini diduga karena pada habitat aslinya owa jawa merupakan hewan
yang hidup diatas pohon dan mengandalkan kekuatan tangan. Dan untuk berpindah
dari satu pohon ke pohon yang lain owa jawa mengandalkan perilaku bergelantungan
(swinging)
·
Perilaku yang paling sedikit muncul pada pengaman owa
jawa kali ini adalah perilaku jumping. Hal ini diduga karena
owa jawa merupakan hewan yang mengandalkan kekuatan tangan dan tidak
mengandalkan kekuatan kaki, dan perilaku melompat (jumping) merupakan perilaku
yang mengandalkan kekuatan kaki.
REFERENSI