PROPOSAL
FITOREMEDIASI TIMBAL (PB) DALAM AIR TERCEMAR OLEH TANAMAN ECENG GONDOK
USULAN PENELITIAN
Oleh :
Yudi
Suryadi
(208700618)
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
FITOREMEDIASI TIMBAL (PB) DAN HG
DALAM AIR TERCEMAR OLEH TANAMAN ECENG GONDOK
1.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Masalah
Air merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi kehidupan, tanpa air tidak aka nada kehidupan. Dalam kenyataanya air
bukan hanya dibutuhkan manusia saja, air juga merupakan bahan yang mutlak yang
harus baik untuk tumbuhan, hewan, ataupun mikroorganisme, oleh karena itu
berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan organism hidup. (Syahputra. 2005)
Allah SWT berfirman dalam Surat Ar – Rum
ayat 41 yang berbunyi :
2.
tygsß ß$|¡xÿø9$# Îû Îhy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷r& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_öt ÇÍÊÈ
Artinya
: telah nampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar). (Q.S. Ar – Rum ayat 41)
Manusia diperintahkan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya di dunia dan berbuat baik dan dilarang berbuat kerusakan
dimuka bumi, salah satunya menghindari pencemaran lingkungan dalam bentuk
apapun, karena Allah tidak menyukai orangorang yang berbuat kerusakan.
Fitoremediasi
adalah penggunaan tumbuhan atau pohon untuk menyisihkan atau menetralkan
kontaminan, seperti yang berada dalam tanah atau air yang tercemar (The
American Heritage, 2000 dalam Bahri,
2010). Terjadinya kontaminasi tanah dan air oleh logam – logam berat misalnya
sebagai akibat dariaktivitas manusia, pertanian dan industry. Diantara logam
berat tersebut, logam timbal (Pb) merupakan pencemar potensial yang mudah
terakumulasi dalam tanah dan sedimen. Peraturan pemerintah Nomor 18 Tahun 1999,
menyatakan logam timbal (Pb) adalah salah satu logam berat yang termasuk ke
dalam kelompok bahan beracun dan berbahaya (B3). Keberadaann logam timbal di
perairan dpat bertambah bila terjadi introduksi dari berbgai sumber yang
mengandung logam tersebut. Logam timbal diperairan berada dalam berbagai
keadaan, baik berbetuk ion bebas maupun kompleks yang larut tersorbsi. (Bahri.
2010)
Substansi
tersorbsi dapat terjadi pada materi koloid atau padatan tersuspensi pada materi
kolid atau padatan tersuspensi atau organism yang hidup di perairan tersebut.
Beberapa senywa kimia tersebut kemudian masuk ke dalam siklus biogekimia.
Walaupun timbal bukan termasuk elemen poko untuk tumbuhan tetapi logam tersebut
dapat secara mudah terabsorpsi dan terakumulasi pada bagian – bagian tumbuhan
(Sharma and Dubey. 2005 dalam Bahri,
2010).
Timbal
(Pb) yang juga sering disebut timah hitam (lead)
merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan
organisme lainnya. Kegiatan industri
yang perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb misalnya industri baterai, bahan bakar, kabel, pipa serta industri kimia. Selain
itu juga sumber Pb dapat berasal dari sisa pembakaran pada kendaraan bermotor
dan proses penambangan. Semua sisa buangan yang mengandung Pb dapat masuk ke
dalam lingkungan perairan dan menimbulkan pencemaran (Herman, 2006)
Pb di dalam tubuh manusia dapat masuk
secara langsung melalui air minum, makanan atau udara. Pb dapat menyebabkan
gangguan pada organ seperti gangguan
neurologi (syaraf), ginjal, sistem reproduksi, sistem hemopoitik serta sistem
syaraf pusat. Selain itu pula Pb di dalam badan perairan dapat meracuni dan
mematikan organisme yang ada di dalam perairan tersebut, sehingga dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem (Santi, 2001).
Fakta membuktikan bahwa tumbuhan air
dapat mengakumulasi logam – logam dari lingkungannya dan kadarnya bertambah
pada trofik dengan pengaruh akumulasinya. Miretzky, dkk. 2004 dalam Bahri, 2010). Diantara tumbuhan
air yang hidupnya mengapung adalah eceng gondok (Eichornia crassipes). Dipilihnya
enceng gondok karena berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya tanaman ini
memiliki kemampuan untuk mengolah limbah, baik itu berupa logam berat, zat
organik maupun anorganik.
Eceng
gondok (Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan akuatik yang secara
teroritis dapat menyerap air dan unsur yang terdapat didalamnya sehingga dapat
digunakan sebagai bioindikator dalam penyebaran radionuklida dan depolutan pada
limbah radiaktif. (Setiawati. 2004).
2.1 Rumusan Masalah
v Bagaimana
pengaruh kemampuan tumbuhan eceng gondok dalam mengakumulasi logam berat timbal
(Pb)
2.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
kemampuan tumbuhan eceng gondok dalam mengakumulasi logam berat timbal (Pb)
2.3 Manfaat
Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapklan dapat memberikan informasi kepada
seluruh masyarakat agar dapat menggunakan eceng gondok sebagai bahan untuk
mengurangi kadar polutan seperti logam berat timbal (Pb)
3. Kerangka
Pemikiran
Fitoremediasi adalah upaya penggunaan
tanaman dan bagian- bagiannya untuk dekontaminasi limbah dan masalah-masalah
pencemaran lingkungan baik secara ex-situ menggunakan kolam buatan atau
reactor maupun in-situ (langsung di lapangan) pada tanah atau daerah yang
terkontaminasi limbah (Subroto, 1996 dalam
Hardyanti, 2007)
Fitoremediasi salah satu metode remediasi dengan mengandalkan
pada peranan tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi, mentransformasi dan
mengimobilisasi bahan pencemar logam berat. Tanaman mempunyai kemampuan
mengakumulasi logam berat yang bersifat esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan. (Hardiani. 2009)
Fitoremediasi
adalah penggunaan tumbuhan atau pohon untuk menyisihkan ataumenetralakan
kontaminan, seperti yang berada dalam tanah atau air yang tercemar (The
American Heritage, 2000. dalam Bahri, 2007 ). Istilah fitoremediasi
sendiri merupakan pengembangan darti konsep bioremediasi secra umum. Dealam
istilah bioremediasi, senyawa kntaminan yang disishkan atau dinetralakan dapat
berupa senyawa berbahaya. Senyawa berbahaya tersebut merup[akan senyawa
targetyang mungkin atau tidak mungkin dapat menjadi bagian substrat tumbuhan.
Keberhasilan bioremediasi dikendalikan oleh adanya sumber energy yang sesuai,
sistem donor akseptor electron dan nutrient (cookson jr;95 dalam Bahri
2010).
Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999, menyatakan logam timbal (Pb) adalah salah satu
logam berat yang termasuk dalam daftar kelompok bahan beracun pembuatan
baterai, cat, bahan pewarna, bahan peledak dan eloktroplating. Limbah cair
industri yang mengandung persenyawaan logam berat bersifat toksik terhadap
tumbuhan, hewan dan manusia, seperti halnya logam timbal. Menurut Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 82 tahun 2001 kadar maksimum Pb di perairan adalah 0,03
mg/L. (Bahri. 2011)
Timbal merupakan salah satu logam
berat non-esensial yang sanagt berbahay dan dapat menyebabkan keracunan
(toksisitas) pada makhluk hidup. Racun ini bersifat akumulatif, artinya sifat
racun akan timbul apabila terakumul;asi dalam jumlah yang cukup besar dalam
tubuh makhluk idup. Timbal terdapat dalam air dapat terjadi karena adanya
kontak antara air dengan tanah atau udara terdcemar timbal, air yang tercemar
oleh limah industri atau akibat korosi pipa (ulfin, 1995 dalam purnomo dan Muchyiddin, 2007)
Plumbum
merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup
karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka
waktu lama dan toksisistasnya tidak berubah. Pb dapat mencemari udara, air,
tanah, tumbuhan, hewan, bahkan manusia. Masuknya Pb ke tubuh manusia dapat
melalui makanan dari tumbuhan yang biasa dikonsumsi manusia seperti padi, teh
dan sayur-sayuran. Logam Pb terdapat di perairan baik secara alamiah maupun
sebagai dampak dari aktivitas manusia. Logam ini masuk ke perairan melalui
pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Selain itu, proses
korofikasi dari batuan mineral juga merupakan salah satu jalur masuknya sumber
Pb ke perairan. (Kholidiyah. 2010)
Tumbuhan Eceng gondok adalah gulma
air yang berasal dari Amerika Selatan. Tumbuhan ini mempunyai daya regenerasi
yang cepat karena potongan-potongan vegetatifnya yang terbawa arus air akan
terus berkembang menjadi eceng gondok dewasa. Eceng gondok sangat peka terhadap
keadaan yang unsur haranya di dalam air kurang mencukupi tetapi mempunyai
respon terhadap konsentrasi unsur hara yang tinggi. (Zaman, dan Sutrisno. 2006)
Eceng gondok (Eichhornia
crassipes) merupakan tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung
pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang
dangkal. Eceng gondok berkembangbiak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif
maupun generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda
dua kali dalam waktu 7-10 hari. (Pasaribu dan Sahalita. 2006)
Eceng gondok (Eichornia crassipes)
merupakan tumbuhan akuatik yang secara teroritis dapat menyerap air dan
unsur yang terdapat didalamnya sehingga dapat digunakan sebagai bioindikator
dalam penyebaran radionuklida dan depolutan pada limbah radiaktif. (Setiawati,
2004) Tumbuhan ini pertumbuhannya cepat, daya toleransinya tinggi, dapat tumbuh
dengan baik pada limbah dapat mengakumulasi logam dengan cepat .
Eceng gondok hidup mengapung di air
dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak
mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya
meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan
berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya
berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak
beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Klasifikasi Eceng Gondok
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi:
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas:
Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub
Kelas: Alismatidae
Ordo:
Alismatales
Spesies:
Eichornia crassipes (Mart.) Solms (Anonim. 2010)
Eceng gondok berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya
memiliki kemampuan untuk mengolah limbah, baik itu berupa logam berat, zat
organik maupun anorganik. Eceng gondok mampu mereduksi pestisida Phospor, V K Verma, dkk yang
melaporkan bahwa tanaman ini mampu manyerap Pb dan Zn sebesar 17,6-80,3% dan 16,6-73,4% dari efluen
industri kertas. Selain itu Sheffield (1997) melaporkan bahwa tanaman ini mampu
menurunkan konsentrasi ammonia sebesar 81% dalam waktu 10 hari. Eceng gondok
dapat menyerap hingga 180 ppm Pb dan telahdigunakan diantaranya untuk
membersihkan silver salt dari air limbah prossesing foto. Eceng gondok
mampu menyerap Cd, Pb, Cu, Zn dan Ni masing-masing adalah 24, 542, 2162, 2617,
dan 1346 mg/m2 untuk kondisi perairan Erh-Chung wetland yang
tercemar logam berat.
Secara
fisiologis eceng gondok dapat berperan secara tidak langsung dalam mengatasi
bahan pencemar perairan karena dapat bertahan hidup dengan cara membentuk
rumpun. Akar tumbuh subur dan lebat serta berwarna hitam dengan permukaan ungu.
Oksigen hasil fotosintesis di daun dan tangkai daun ditransfer ke akar yang
permukaannya luas serta air di sekitarnya. Ini membuat rizosfer menyediakan
lingkungan mikro dengan kondisi yang kondusif bagi bakteri nitrit. Oleh karena
itu aktivitas dekomposisi oleh bakteri jenis ini yaitu perubahan amoniak
menjadi nitrat lebih meningkat (Fitter and Hay, l989 dalam haryanti dkk).
Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi
sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian
penelitian seputar kemampuan eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain
oleh Widyanto dan Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok
mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing
sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng
gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering
apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Lubis
dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok
secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm
turun hingga 51,85 persen. (Anonim. 2010).
4.
Hipotesis
Tumbuhan eceng gondok dapat mempengaruhi
kemampuan dalam mengakumulasi logam berat timbal (Pb)
5.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 6 perlakuan konsentrasi Pb, yaitu 0, 10, 100, 1000, 2000
dan 3000 ppm, masing-masing diulang 3 kali. Preparasi sampel dan bahan serta pengujian sampel
dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
5.1 Prosedur
Pengamatan
Tanaman
eceng gondok diambil dari populasi eceng gondok yang ada rsawahan
sekitar daerah Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Sampel yang diambil dipilih yang memiliki kisaran
ukuran yang relatif sama (berukuran sedang) dan sehat (tidak ada cacat pada
bagian tanaman).
Sampel yang
telah diperoleh, kemudian diaklimatisasi selama satu minggu pada media air
sungai dalam baskom plastik yang telah ditambahkan pupuk majemuk dengan
konsentrasi 100 ppm. Pengukuran pH media tanam dilakukan setiap hari, dengan
kisaran 6-7. Aklimatisasi bertujuan untuk penyesuaian diri tanaman eceng gondok
dalam lingkungan laboratorium.
Setelah
masa aklimatisasi berakhir, sampel tanaman eceng gondok yang akan diuji dipilih
yang benar-benar sehat (tidak terdapat cacat) dan memiliki kisaran berat antara
90-100 g. Disiapkan media tanam untuk pengujian di dalam baskom plastik yang
telah ditambahkan Pb(NO3)2 dengan konsentrasi 0, 10, 100,
1000, 2000 dan 3000 ppm masing-masing dengan notasi K0, K1,
K2, K3, K4 dan K5, serta
masing-masing ditambahkan pupuk majemuk sebanyak 25 ppm. Tanaman yang telah
dipilih dimasukkan ke dalam media tanam masing-masing satu tanaman dalam satu
baskom. Tanaman dipelihara selama 10 hari dan diamati setiap hari untuk melihat
perubahan morfologi yang mungkin terjadi. Pengukuran pH media tanam dilakukan
setiap hari, dengan kisaran 6-7.
Setelah
masa pengujian sampel berakhir, dilakukan pengukuran berat kering sampel dengan
menggunakan timbangan digital dan dilanjutkan dengan pengukuran kadar Pb pada
akar, daun dan media tanam dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) Shimadzu tipe AA-6200 mengikuti prosedur SNI
06-6989.8-2004 untuk air dan SNI 06-6992.3-2004 untuk padatan (akar dan daun).
Data kuantitatif diperoleh melalui
pengukuran berat kering sampel akar dan daun, serta kadar Pb pada daun, akar
dan media tanam. Data kualitatif diperoleh melalui pengamatan morfologi tanaman
selama pengujian. Berat kering sampel tanaman eceng gondok diperoleh dengan
cara mengeringkan sampel dalam oven pada suhu 700C sampai diperoleh
berat yang konstan. Kandungan Pb pada akar, daun dan media tanam diukur dengan
alat AAS. Pengamatan morfologi tanaman dilakukan dengan mengamati dan mencatat
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada daun maupun akar tanaman sebagai
respons terhadap kandungan Pb dalam media tumbuh.
Data yang diperoleh berupa kandungan Pb di akar, daun dan media tanam serta
berat kering dianalisis dengan analisis sidik ragam (uji F) menggunakan program
Minitab versi 13.20. Jika terdapat perbedaan nyata pada uji F dengan taraf 5%,
maka akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk menentukan
perlakuan terbaik.
5.2 Peubah yang
diamati
Parameter yang
diamati adalah berat kering sampel akar dan daun,
kadar Pd dan Hg dalam daun, akar dan media tanam, dan morfologi tanaman. Data yang diperoleh berupa kandungan Pb di
akar, daun dan media tanam serta berat kering dianalisis dengan analisis sidik
ragam (uji F) menggunakan program Minitab versi 13.20. Berat kering sampel tanaman eceng gondok
diperoleh dengan cara mengeringkan sampel dalam oven pada suhu 700C
sampai diperoleh berat yang konstan. Kandungan Pb pada akar, daun dan media
tanam diukur dengan alat AAS. Jika terdapat perbedaan nyata pada uji F dengan taraf 5%,
maka akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk menentukan
perlakuan terbaik. Pengamatan morfologi tanaman dilakukan dengan mengamati dan mencatat
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada daun maupun akar tanaman sebagai
respons terhadap kandungan Pb dalam media tumbuh.
5.3 Waktu dan Tempat
Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam
skala laboraturium. Kondisi lingkungan penelitian dikondisikan sehingga
gangguan faktor luar dapat diminimalisasi dengan ditempatkan pada rumah kaca.
Waktu penelitian dilaukan pada bulan Juli – Agustus 2011. Lokasi penelitian
dilakukan laboraturium Biologi Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
5.4 Alat
v Screen house
v Baskom
plastik berwarna hitam
5.5 Bahan
v Tumbuhan
eceng gondok yang diperoleh di persawahan sekitar daerah Bojongsoang, Kabupaten
Bandung
v Medium
pertumbuhan
v Logam
timbal (Pb) yang diperoleh Dari senyawa timbal nitrat [Pb(NO3)2]
v Logam
Merkuri (Hg)
6.
Analisis
Data
Menurut
Brock and Madigan (1998) dalam Bahri
(2010) menjelaskan persamaan yang beruhubungan dengan laju pertumbuhan tumbuhan
yaitu :
…………………………………………
(1)
Keterangan
:
t = waktu
pertumbuhan
Jika persamaan (1) diintegrasikan, maka diperoleh
persamaan dibawah ini, yaitu :
ln
|
………………………………………….
(2)
dimana :
t adalah waktu yang digunakan selama
pertumbuhan yang diukur (hari)
Persamaan (2) tersebut dapat digunakan
untuk mengetahui aktivitas populasi tumbuhan pada fase eksponensial seperti
parameter laju pertumbuhan (
Jika
persamaan (2) diberikan antilogaritmanya terhadap masing-masing sisi, maka
diperoleh persamaan sebagai berikut :
Persamaan
(3) ini bruna untuk memprediksi kepadatan populasi atau parameter lain yang
berkaitan denngan kepadatan populasi pada suatu waktu yang akan dating, setelah
diketahuinya nilai arameter tersebut saat sekarang dan nilai laju
pertumbuhannya (µ). Dengan, demikian, jika nilai laju pertumbuhan (µ). Yang
diproleh dari hasil percobaan,, dimasukan kedalam persamaan (3), maka diperoleh
nilai berat basah per satuan waktu (µ) pada waktu tertentu sebagai hasil
simulasi.
Penelitian
ini menggunakan analisis of varian (ANOVA)
yang apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan.
S
|
LSR =
SSR x S
|
Keterangan : r/n = ulangan
KTG
= kuadrat tengah galat
SSR = bisa dilihat dari table
7.
Jadwal
Pelaksnaan
No.
|
Jenis
Kegiatan
|
Bulan
Ke-
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1
|
Seminar
|
||||||
2
|
Persiapan alat & bahan
|
||||||
3
|
Pra penelitian
|
||||||
4
|
Penelitian
|
||||||
5
|
Pengolahan data
|
||||||
6
|
Draft Skripsi
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010.
Firoremedasi. [online]. Tersedia : http://www.plantamor.com/index.php?plant=515-diakses-08Juni2011
Anonim 2010.
Eceng Gondok. [online]. Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Eceng_gondok-diakses-08-Juni-2011
Bahri, Syamsul.
2010. Firoremediasi Timbal (Pb) dalam Air Tercemar oleh Tumbuhan Air Great
Duckweed (Spirodela polyrhiza). Jurnal
Teknik Hidraulik. Vol.1 No,2 : 95 - 192
Hardiani,H . 2009. Potensi Tanaman dalam
Mengakumulasi Logam Cu pada Media Tanah Terkontaminasi Limbah Padat Industri
Kertas. Jurnal Penelitian. Vol.
44, No. 1, Hal 27 - 40
Hardyanti, dkk. 2007. Fitoremediasi Phospat dengan
Pemanfaatan Eceng Gondok (Studi Kasus pada Limbah Cair Industri Kecil Laundry).
Jurnal PRESIPITASI. Vol. 2 No.1 Maret 2007
Kholidiyah, 2010. Respon Biologis Tumbuhan Eceng
Gondok (Eichornia
crassipes Solms) Sebagai Biomonitoring Pencemaran Logam Berat Cd dan Pb
pada Sungai Pembuangan Lumpur Lapindo, Kecamatan Porong, Kabupaten Siduarjo.
[Skripsi]. JURUSAN BIOLOGI. FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
Pasaribu, G, dan Sahalita. 2006. Pemanfaatan Eceng
Gondok sebagai Bahan Baku Kertas Seni. Makalah Utama pada
Ekspose Hasil-Hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan.
Padang
Setiawati. 2005. Kajian Eceng Gondok Sebagai
Fitoremedia 134Cs. Jurnal Penelitian. Vol. 7, No. 1, Januari
2004, hal 11 - 15
Syahputra, R. 2005.
Fitoremediasi Logam Cu dan Zn dengan Tanaman Eceng Gondok (Eichornia
crassipes). Jurnal Penelitian.
Vol.2, No.2
Zaman
dan Sutrisno. 2006. Kemampuan penyerapan eceng gondok terhadap amoniak dalam
limbah rumah sakit berdasarkan umur dan lama Kontak (studi kasus: rs panti
wilasa, semarang). Jurnal PRESIPITASI Vol.1 No.1