Hati saya itu lemah, jadi saya minta jangan siksa hati saya.
Hati saya paling tidak bisa melihat orang yang saya sayangi
bersedih atau menderita.
Jadi tolong jangan menangis lagi, jangan bersedih lagi.
Apapun yang membuatmu tidak menangis dan bersedih, akan saya
lakukan.
Suatu ketika
saya di pantai sedang liburan.
Bersama
keluarga dan teman-teman.
Tiba-tiba
Ibu saya sakit, dan saya menangis…
Ditengah keramaian, diantara
orang yang sedang menikmati indahnya pantai.
Ditanya oleh kerabat, “kamu
kenapa?” saya hanya bisa terisak sambil memeluk Ibu saya.
Hati saya memang lemah, lemah sekali jika saya mengetahui
orang yang saya sayangi menangis, bersedih, atau sakit.
Bukan berarti saya melarang kalian orang yang saya sayangi
itu untuk menangis.
Menangislah, menangis dan biarkan rasa sedih itu pergi
bersama air mata.
Tapi tolong jangan bersedih yang berlarut-larut.
Karena kesedihanmu itu membuat hati saya juga bersedih.
Sekarangpun
hati saya sedang bersedih,
Karena ada orang yang saya
sayangi sedang bersedih hatinya.
Mungkin saya yang membuatnya
bersedih.
Mungkin kehadiran saya di
hidupnya sudah membuat dia meneteskan air mata.
Lalu saya ceritakan hal ini kepada Ibu, yang menurut saya beliau adalah "wanita yang bijak".
Saya bertanya, “apakah saya harus mundur saja? Apakah saya
harus pergi dari hidupnya? Saya sangat tidak tega melihat dia menangis..
sungguh sangat sakit hati ini melihat dia bersedih..”
Ibu yang bijak itu berkata: